Halogen dan Halida
Asal
 kata halogen adalah bahasa Yunani yang berarti produksi garam dengan 
reaksi langsung dengan logam. Karena kereaktifannya yang sangat tinggi, 
halogen ditemukan di alam hanya dalam bentuk senyawa. Sifat dasar 
ditunjukkan dalam Tabel 4.6 dan Tabel 4.7. Konfigurasi elektron halogen 
adalah ns2np5, dan halogen kekurangan 
satu elektron untuk membentuk struktur gas mulia yang merupakan kulit 
tertutup. Jadi atom halogen mengeluarkan energi bila menangkap satu 
elektron. Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X-(g) 
bernilai negatif. Walaupun afinitas elektron didefinisikan sebagai 
perubahan energi  penangkapan elektron, tanda positif biasanya 
digunakan. Agar konsisten dengan perubahan entalpi, sebenarnya tanda 
negatif yang lebih tepat.


Afiinitas
 elektron khlorin (348.5 kJmol-1) adalah yang terbesar dan 
fluorin (332.6 kJmol-1) nilainya terletak di antara afinitas 
elektron khlorin dan bromin (324.7 kJmol-1). 
Keelektronegativan fluorin adalah yang tertinggi dari semua halogen.
Karena
 halogen dihasilkan sebagai garam logam, unsurnya dihasilkan dengan 
elektrolisis. Fluorin hanya berbilangan oksidasi -1 dalam senyawanya, 
walaupun bilangan oksidasi halogen lain dapat bervariasi dari -1 ke +7. 
Astatin, At, tidak memiliki nuklida stabil dan sangat sedikit sifat 
kimianya yang diketahui.
Produksi
 halogen 
Fluorin memiliki potensial reduksi 
tertinggi (E = +2.87 V) dan kekuatan oksidasi tertinggi di anatara 
molekul halogen. Flourin juga merupakan unsur non logam yang paling 
reaktif. Karena air akan dioksidasi oleh F2 pada potensial 
yang jauh lebih rendah (+1.23 V) gas flourin tidak dapat dihasilkan 
dengan elektrolisis larutan dalam air  senyawa flourin. Karena itu, 
diperlukan waktu yang panjang sebelum unsur flourin dapat diisolasi, dan
 F. F. H. Moisson akhirnya dapat mengisolasinya dengan elektrolisis KF 
dalam HF cair. Sampai kini flourin masih dihasilkan dengan reaksi ini.
Khlorin,
 yang sangat penting dalam industri kimia anorganik, dihasilkan bersama 
dengan natrium hidroksida. Reaksi dasar untuk produksi khlorin adalah 
elektrolisis larutan NaCl dalam air dengan proses pertukaran ion. Dalam 
proses ini gas  khlorin dihasilkan dalam sel di anoda dan Na+
Bromin
 didapatkan dengan oksidasi Br- dengan gas khlorin dalam air 
garam.  Mirip dengan itu, iodin dihasilkan dengan melewatkan gas khlorin
 melalui air garam yang mengandung ion I-. Karena gas alam 
yang didapatkan di Jepang ada bersama di bawah tanah dengan air garam 
yang mengandung I-, Jepang adalah negara utama penghasil 
iodin.
Anomali fluorin. 
Fluorin
 molekular memiliki titik didih yang sangat rendah. Hal ini karena 
kesukaran polarisasinya akibat elektronnya ditarik dengan kuat ke inti 
atom fluorin. Karena keelektronegativan fluorin sangat besar (χ=3.98) 
dan elektron bergeser ke F, keasaman yang tinggi akan dihasilkan pada 
atom yang terikat pada F. Karena jari-jari ionik F- yang 
kecil, bilangan oksidasi yang tinggi distabilkan, dan oleh karena itu 
senyawa dengan bilangan oksidasi rendah seperti CuF tidak dikenal, tidak
 seperti senyawa seperti IF7 dan PtF6.
Pseudohalogen
 Karena ion sianida CN-, ion azida N3- dan ion 
tiosianat, SCN-, dsb. membentuk senyawa yang mirip dengan 
yang dibentuk ion halida, ion-ion tersebut disebut dengan ion 
pseudohalida. Ion pseudohalida membentuk molekul pseudohalogen seperti 
sianogen (CN)2, hidrogen sianda HCN, natrium  tiosianat 
NaSCN, dsb.  Pengubahan kecil efek sterik dan elektronik yang tidak 
mungkin dilakukan hanya dengan ion halida membuat pseudohalogen sangat 
bermanfaat dalam kimia kompleks logam transisi. bergerak ke katoda 
bertemu dengan OH- membentuk NaOH.
Polihalogen. 
Selain molekul halogen biasa, molekul polihalogen dan halogen campuran 
seperti BrCl, IBr, ICl, ClF3, BrF5, IF7
 dsb juga ada. Anion dan kation polihalogen seperti I3, I5-,
 I3+, dan I5+, juga dikenal.
Senyawa oksigen
Walaupun
 dikenal banyak oksida biner halogen (terdiri hanya atas halogen dan 
oksigen), sebagian besar senyawa ini tidak stabil. Oksigen difluorida OF2
 merupakan senyawa oksida biner halogen yang paling stabil. Senyawa ini 
adalah bahan fluorinasi yang sangat kuat dan dapat menghasilkan 
plutonium heksafluorida PuF6 dari logam plutonium. Sementara 
oksigen khlorida, Cl2O, digunakan untuk memutihkan pulp dan 
pemurnian air. Senyawa ini dihasilkan  in situ dari ClO3-,
 karena tidak stabil.
Asam hipokhlorit, HClO, asam 
khlorit, HClO2, asam khlorat, HClO3, dan asam 
perkhlorat, HClO4 adalah asam okso khlorin dan khususnya asam
 perkhlorat adalah bahan pengoksidasi kuat sekaligus asam kuat. Walaupun
 asam dan ion analog dari halogen lain telah dikenal lama, BrO4-
 baru disintesis tahun 1968. Sekali telah disintesis ion ini tidak 
kurang stabil dibandingkan ClO4- atau IO4-,
 menyebabkan orang heran mengapa tidak disintesis orang sebelumnya. 
Walaupun ClO4- sering digunakan untuk 
mengkristalkan kompleks logam transisi, bahan ini eksplosif dan harus 
ditangani dengan hati-hati.
Halida non logam 
Halida hampir semua non 
logam telah dikenal, termasuk fluorida bahkan dari gas mulia kripton, 
Kr, dan xenon, Xe. Walaupun fluorida menarik karena sifat uniknya 
sendiri, halida biasanya sangat penting sebagai reaktan untuk berbagai 
senyawa non logam dengan mengganti halogen dalam sintesis anorganik 
(Tabel 4.8).

Boron
 trifluorida, BF3, adalah gas tak bewarna (mp -127oC
 dan bp -100oC) yang memiliki bau mengiritasi dan beracun. 
Boron triflourida digunakan sebagai katalis untuk reaksi jenis 
Friedel-Crafts. BF3 juga digunakan sebagai katalis untuk 
polimerisasi kationik. BF3 berada di fasa gas sebagai molekul
 monomer triangular dan membentuk aduk (aduct ikatan koordinasi) dengan 
basa Lewis amonia, amina, eter, fosfin, dsb. sebab sifat asam Lewisnya 
yang kuat. Aduk dietileter, (C2H5)2O:BF3,
 adalah cairan yang dapat didistilasi dan digunakan sebagai reagen 
biasa. Aduk ini merupakan reaktan untuk preparasi diboran, B2H6.
Tetrafluoroborat,
 BF4-, adalah anion tetrahedral yang 
dibentuk sebagai aduk BF34 serta asam bebas HBF4 mengandung 
anion ini. Karena kemampuan koodinasinya lemah, anion ini digunakan 
untuk kristalisasi kompleks kation logam transisi sebagai ion lawan 
seperti ClO4-. AgBF4 dan NOBF4
 juga bermanfaat sebagai bahan pengoksidasi 1-e kompleks. 
Tetrakhlorosilan, SiCl4, adalah cairan tak bewarna (mp -70 oC
 dan bp 57.6oC). Senyawa ini berupa molekul tetrahedral 
reguler, dan bereaksi secara hebat dengan air membentuk asam silisik dan
 asam khlorida. Senyawa ini sangat bermanfaat sebagai bahan baku 
produksi silikon murni, senyawa silikon organik dan silikone (silicone).
 Fosfor trifluorida, PF3, adalah gas tak bewarna, tak berbau,
 dan sangat beracun (mp -151.5 oC dan bp -101.8 oC).
 Molekulnya berbentuk piramida segitiga. Karena senyawa ini penarik 
elektron seperti CO, PF3 dapat menjadi ligan dan membentuk 
kompleks logam yang analog dengan kompleks logam karbonil. dengan garam logam alkali, garam 
perak dan NOBF
Fosfor
 pentakhlorida, PCl5, adalah zat kristalin tak 
bewarna (tersublimasi tetapi terdekomposisi pada 160°C). Molekulnya 
berbentuk trigonal bipiramid dalam wujud gas, tetapi dalam kristal 
berupa pasangan ion [PCl4]+[PCl6]-
 pada fasa padat. Walaupun senyawa ini bereaksi hebat dengan air dan 
menjadi asam fosfat dan asam khlorida, PCl52
 dan CCl4.  PCl5 sangat bermanfaat untuk 
khlorinasi senyawa organik. larut dan CS
Arsen pentafluorida, AsF5,
 adalah gas tak bewarna (mp -79.8 °C dan bp -52.9 °C). Molekulnya adalah
 trigonal bipiramida. Walaupun senyawa ini terhidrolisis, senyawa ini 
larut dalam pelarut organik. AsF5 adalah penangkap elektron 
yang kuat,  senyawa ini dapat membentuk kompleks donor-akseptor dengan 
donor elektron.
Belerang heksafluorida, SF6,
 adalah gas tak bewarna dan tak berbau (mp. -50.8  °C dan titik 
sublimasi -63.8 °C). Molekulnya berbentuk oktahedral. SF6 
secara kimia tidak stabil dan sukar larut dalam air. Karena SF6
 memiliki sifat penahan panas yang istimewa, tidak mudah terbakar dan 
tahan korosi, SF6 digunakan sebagai insulator tegangan 
tinggi.
Belerang khlorida, S2Cl2,
 adalah cairan bewarna oranye (mp -80 °C dan bp 138 °C). Mempunyai 
struktur yang sama dengan hidrogen peroksida. Mudah larut dalam pelarut 
organik. S2Cl2 sebagai senyawa anorganik industri,
 digunakan dalam skala besar untuk vulkanisasi karet, dsb.

 







.png)